Sebelum Berinvestasi atau Trading di Aset Kripto, yuk pahami dulu Teknologi yang membelakanginya.

17/04/2024

Sebelum berinvestasi pada sebuah aset, tentu penting untuk kita mengetahui hal-hal mendasar yang dapat mempengaruhi pergerakan harganya.

Untuk aset kripto, memahami teknologi yang membelakanginya akan sangat membantu anda untuk bisa mengukur kualitas sebuah aset kripto.

Tidak semua aset kripto layak untuk diinvestasikan, terutama yang tidak menerapkan sifat-sifat inti teknologi yang mendasarinya.

Blockchain adalah teknologi yang menjadi landasan lahirnya aset kripto, secara sederhana blockchain ini adalah cara memproses sebuah data atau transaksi secara digital dengan saling mengkoneksikan satu perangkat dengan perangkat lainnya. yang secara harfiah dari namanya yang terdiri dari Block dan Chain, maka menggambarkan blok-blok yang saling terhubung seperti rantai.

Teknologi ini bekerja dengan memanfaatkan sumber daya perangkat komputer untuk bisa menghasilkan blok-blok yang saling terhubung untuk mengesekusi transaksi.

Penemu Blockchain

Hasil karya pertama mengenai rangkaian blok yang dilindungi secara kriptografi telah dijelaskan oleh Stuart Haber dan W. Scott Stornetta pada tahun 1991.

Dimana mereka memperkenalkan sebuah solusi komputasi untuk memberikan stempel waktu pada dokumen digital agar tidak bisa diubah-ubah.

Dan pada tahun 1992, Stuart Haber dan W. Scott Stornetta menambahkan mekanisme "Merkle Tree" untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengumpulkan beberapa dokumen ke dalam satu blok.

Namun Teknologi ini tidak terpakai dan Patennya berakhir pada 2004.

Masih ditahun yang sama, seorang Peneliti Komputer dan Aktivis Kriptografi, Hal Finney. muncul dengan memperkenalkan sebuah sistem yang disebut RPoW (Reuseable Proff of Work)

RPoW ini dianggap sebagai Prototype dalam Sejarah Kripto.

Sistem ini menyelesaikan masalah transaksi ganda dengan menjaga kepemilikan token yang teregistrasi pada sebuah sistem, dan mengizinkan semua pengguna untuk memverikasi kebenarannya secara real time.

Kemunculan Bitcoin

Sekitar 4 tahun kemudian, pada 2008, muncullah sebuah Whitepaper oleh seseorang dengan nama samaran Satoshi Nakamoto, yang memperkenalkan sebuah sistem Cash Elektronik Peer to Peer terdesentralisasi yang disebut Bitcoin.

Menerapkan algoritma Proof of Work yang tidak menggunakan sebuah perangkat komputasi terpercaya seperti RPow, melainkan menerapkan proteksi transaksi ganda dengan protokol desentralisasi untuk melacak dan memverifikasi setiap transaksi.

Transaksi Bitcoin pertama kali di dunia terjadi pada 12 januari 2009.

Lahirnya Ethereum

Pada tahun 2013, seorang programmer bernama Vitalik Buterin menyatakan bahwa Bitcoin membutuhkan sebuah pengembangan untuk bisa membangun aplikasi yang terdesentralisasi.

Setelah Gagal mendapatkan dukungan dari komunitas, Vitalik Buterin memulainya sendiri, yang kini dikenal sebagai Ethereum.

Berbeda dengan Vitalik Buterin yang menampilkan diri, identitas pendiri Bitcoin dengan nama Samaran Satoshi Nakamoto itu belum terungkap hingga saat ini.

Satoshi Nakamoto dikabarkan pernah mengirim pesan kepada pengembang Bitcoin pada 26 April 2011, yang akhirnya secara resmi berhenti dari Bitcoin, menghapus namanya dari klaim hak cipta dan menyerahkan kodenya kepada semua pengembang Bitcoin.

Kemunculan Berbagai Aset Kripto Lainnya

Setelah 10 tahun lebih, tidak hanya Bitcoin dan Ethereum, saat ini sudah ada puluhan ribu aset kripto, beberapa nama yang mungkin sudah sering didengar seperti misalnya Binance Coin (BNB), Ripple, Stellar, Doge, dll.

Karakter Blockchain

1. Terbuka

Ini menjadikan semua orang bisa mendapatkan keadilan dalam hal informasi. inilah yang paling menjadikan teknologi blockchain pada akhirnya berama-ramai diapdopsi oleh berbagai sektor dan perusahaan kelas dunia, ini adalah terobosan yang merealisasikan kemerdekaan dan kepercayaan pengguna.

Spesifik pada aset kripto, dengan teknologi ini, semua pengguna bisa mengetahui jumlah ketersedian, transaksi, dll yang terkait sebuah aset kripto kapanpun secara realtime, sehingga bisa mengetahui tingkat inflasi. ini sangat berbeda dengan uang fiat yang kita benar-benar tidak tau berapa jumlah yang beredar dan berapa yang akan dicetak lagi dalam waktu mendatang.

2. Tidak Terpusat


Mekanisme blockchain tidak berjalan atau terletak pada sebuah server tunggal, melainkan tersebar pada ribuan komputer di jaringan blockchain di seluruh dunia. jadi tidak ada satu pihakpun yang bisa mengontrolnya, apalagi meretas.

Untuk bisa meretas blockchain, diperlukan kontrol terhadap sebagian besar kekuatan jaringan komputer yang tersebar itu, dan sangat sulit untuk dibayangkan bagaimana itu bisa terjadi.

Selama bertahun-tahun kita telah menggunakan sistem yang terpusat, seperti bank yang membantu kita untuk menyimpan uang, yang juga menjadi penengah jika ingin mengirimkan uang.

Mekanisme ini mau tidak mau mengharuskan alokasi data terpusat yang menjadi ancaman serius terhadap peretasan serta menjadikan  tidak adanya privasi finansial.

Blockchain muncul menggebrak kekurangan ini, tidak ada lagi penengah yang bisa memantau finansial kita, dan tidak ada lagi alokasi data yang terpusat.

3. Permanen

Data apapun yang sudah terjadi dan telah dikonfirmasi pada blockchain, tidak bisa dibatalkan, dengan contoh jika terjadi sebuah kesalahan dalam mentransfer aset kripto, maka tidak ada pihak yang bertanggung jawab untuk hal tersebut. pengguna memiliki kontrol penuh dan juga tanggung jawab yang penuh.

Bagian positif dalam hal ini adalah mencegah manipulasi data.

Kesimpulan

Bayangkan bagaimana teknologi ini akan mengambil alih banyak hal dalam beberapa tahun kedepan jika diadopsi dengan benar (tetap pada sifatnya yang memberikan informasi yang adil untuk semua orang, tidak terpusat atau tidak ada pihak tunggal yang bisa mengendalikannya, dan sulit untuk dimanipulasi.)

Penerapannya pada dunia finansial adalah hal yang tidak pernah terbayangkan, kini siapapun bisa mengirim dan menerima pembayaran dalam hitungan detik ke seluruh dunia dengan biaya transaksi yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan layanan transaksi lintas batas konveksional.

Dan terlepas dari penerapannya pada dunia finansial, bayangkan saat teknologi ini semakin diadopsi lebih jauh lagi pada dunia kesehatan, pendidikan, dan sektor vital lainnya.

Silahkan baca juga : Perbedaan Koin dan Token pada Ekosistem Kripto