Pada tahun 1944, sebuah perjanjian yang menjadi tonggak sejarah sistem moneter diperkenalkan di kota Bretton Woods, negara bagian New Hampshire, Amerika Serikat.
Perjanjian ini dikenal sebagai Perjanjian Bretton Woods 1944, sejak saat itu, platform trading yang aman, nilai tukar mata uang, serta cadangan valas, mulai muncul ke permukaan.
Perjanjian Bretton Woods menyatakan bahwa satu cara untuk memodifikasi kelemahan sistem pertukaran mata uang adalah dengan menghubungkannya dengan dolar AS, ini juga cara untuk memperlancar rekonstruksi pasca perang dunia dan membebaskan perdagangan internasional.
Hasil dari Perjanjian Bretton Woods adalah pembangunan dua institusi penting, yaitu Bank Dunia (The World Bank), dan Dana Moneter Internasional (The International Monetary Fund/IMF).
Perjanjian Bretton Woods menciptakan sistem nilai tukar mata uang asing yang bisa disesuaikan, anggota IMF ditunjuk untuk mengintervensi apabila ada ketidakseimbangan diantara pembayaran yang dilakukan.
Perjanjian Bretton Woods 1944 memberikan momentum bagi dolar AS untuk menjadi mata uang cadangan global dalam kaitannya dengan nilai emas.
Tahun 1960an, para pendukung perjanjian ini, termasuk para politisi Amerika Serikat, Lyndon B. Johnson dan John F. Kennedy, menjamin pasar internasional bahwa berdasarkan konsepnya dolar AS bisa diandalkan, namun ketika Presiden Richard Nixon menjabat di tahun 1971, semua itu berakhir dan digantikan dengan Nixon Shock.
Salah satu tujuan utama perjanjian Bretton Woods adalah mengizinkan negara-negara dengan defisit perdagangan untuk meminjam uang dari negara lain dengan menggunakan mata uang cadangan, sedangkan targetnya adalah memainkan peran instrumental dalam membantu sebuah negara untuk pulih kembali dari kehancuran finansial.
Di tahun 1971, saat terjadi kolaps besar-besaran, berbagai negara meluncurkan perintah untuk memberikan mata uang mereka kesempatan menggunakan nilai tukar mengambang (floating exchange rates), yang konsekuensinya periode buruk terjadi, harga saham melonjak pesat, harga saham anjlok, bank-bank gagal bayar, dan hiper-inflasi terjadi dimana-mana.
Salah satu ekonom Inggris ternama, John Meynard Keynes, yang juga turut dalam menyusun perjanjian Bretton Woods, menganggapnya kebalikan dari standar emas.
Menurut John Meynard Keynes, sistem moneter yang telah dirundingkan dan bisa berfungsi itu tergantung pada desain sistem negara yang mengontrolnya.