Meski telah mengalami resesi, perang, dan berbagai gejolak lainnya, tetap saja dolar AS masih menjadi mata uang cadangan (devisa) hingga saat ini.
Penyebab utama tentu karena kekuatan ekonominya, di masa lalu basis penilaiannya adalah seberapa banyak persediaan emas, namun kini sudah berbeda, yaitu lebih mengacu pada tingkat Gross Domestic Product (GDP) dan volume transaksi lintas batas.
Selain kekuatan ekonomi, sebuah negara juga harus menjadi pusat permintaan barang dan jasa sehingga mata uangnya bisa tersedia dengan mudah.
Didukung dengan sektor ekonomi yang kuat dan bebas dari campur tangan pemerintah, tidak heran jika Amerika Serikat merupakan negara dengan GDP terbesar yang pertumbuhannya sangat consumer-driven.
Di samping memiliki berbagai industri besar berskala internasional, nilai tukar mata uangnya pun diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar tanpa adanya intervensi langsung dari pihak pemerintah.
Kekuatan Militer
Baik dari segi personil, persenjataan, maupun intelijen Amerika Serikat, sulit mencari tandingannya, dalam laporan Military Strength Index bulan September 2015, AS menempati posisi pertama, yang disusul oleh Rusia, China, Jepang, dan India di urutan lima besar.
Prestise Diplomasi Luar Negeri
Kekuatan diplomasi AS mengungguli negara-negara lainnya, bahkan dibanding mereka yang memiliki kekuatan ekonomi dan militer nyaris mampu bersaing, ini karena prestise diplomasi bukan soal berapa banyak negara yang takut, melainkan pada seberapa mampu tim diplomat melobi, berkawan, dan meluaskan jaringan.
Apakah Posisi Dolar sebagai Mata Uang Dunia bisa digantikan ?
Berdasarkan data IMF (International Monetary Fund), porsi dolar AS dalam komposisi cadangan devisa dunia terus menurun dari tahun ke tahun, sejumlah mata uang lain mulai naik daun, khususnya Euro.
Dari berbagai sebab mengapa sejumlah negara mengurangi porsi Dolar dalam cadangan devisa-nya, salah satunya adalah praktek anggaran defisit AS yang mengakibatkannya menanggung proporsi Debt-to-GDP cukup tinggi (mencapai 104.17% berdasarkan data terakhir).
Penurunan nilai Dolar AS dari waktu ke waktu juga membuat banyak pihak menjadi kurang menyukainya, penurunan tersebut disinyalir karena mata uang ini tidak lagi mengkaitkan nilainya dengan emas seperti pada perjanjian Bretton Woods.
Namun walaupun pamor Dolar mulai memudar, bisa dilihat betapa masih cukup jauh jalan yang harus ditempuh mata uang lain untuk menggeser dominasinya sebagai mata uang dunia.