16 September 1992, hari dimana Tragedi Black Wednesday terjadi, hari dimana pemerintah Inggris mengabaikan tingkat mekanisme Bursa Eropa (ERM) dan Poundsterling terdevaluasi hingga 20%, dan disisi lain George Soros justru berhasil meraup keuntungan lebih dari 1.2 miliar US Dollar dengan trading short sterling-nya, yang membuatnya dijuluki sebagai The Man Who Broke Bank of England.
Sebelum kontroversi keuntungan luar biasanya pada Black Wednesday, George Soros memang sudah menghimpun kesuksesan yang luar biasa dengan perusahaan Hedge Fund miliknya.
Berikut ini adalah singkat kisah trader legenda George Soros dengan teori Refleksifnya :
Berawal dari Salesman
George Soros mengambil studinya di London School of Economics pada tahun 1947, dimana dia bertemu dengan Karl Popper, dan dari situlah George Soros tertarik dengan filosofi yang menjadi cikal-bakal terciptanya teori refleksifitas.
Setelah lulus dari London School of Economics, George Soros memulai karirnya sebagai salesman di toko souvenir, pekerjaan yang disebutnya sebagai titik terbawah dalam hidupnya.
Berangkat dari rasa ketidakpuasan akhirnya George Soros berinisiatif untuk melamar kerja di merchant bank, setelah berkali-kali ditolak, akhirnya George Soros diterima di Singer & Friedland, karirnya terus berkembang hingga mendapatkan kesempatan untuk pergi ke negeri Paman Sam,
Setelah sekian tahun bergelut di bidang financing, George Soros mengambil keputusan untuk kembali ke Inggris dan mendalami filosofi, dia mengembangkan ide dari Karl Popper mengenai teori refleksifitas.
George Soros mendasarkan ide bahwa sebenarnya nilai harga pada pasar lebih sering dikendalikan oleh ide-ide situational dari para pelaku pasar dibandingkan elemen-elemen fundamental.
Situasi refleksif diciptakan oleh rantai berkesinambungan di mana ide mempengaruhi kondisi pasar, lalu kondisi pasar mempengaruhi ide.
Implikasi dari teori tersebut adalah siklus dari kondisi pasar yang bisa dideskripsikan sebagai gelembung (bubble), di mana pada suatu momen kondisi pasar akan merangkak naik sehingga memancing banyak sentimen positif, kondisi ini bisa dianalogikan sebagai booming (gelembung membesar), begitu besarnya sentimen positif tadi sampai gelembung tidak lagi mampu menahan tekanan, yang pada akhirnya siap tidak siap gelembung tersebut akan meledak karena sentimen negatif terhadap anomali pasar tersebut.
Quantum Fund
Didasari oleh teori refleksif, George Soros mendirikan First Eagle Funds pada 1967 dan Double Eagle Hedge Funds pada 1969, keduanya bergerak di bidang investasi, tujuan dari lembaga investasi tersebut adalah mengaplikasikan strategi mengambil keuntungan pada gelembung-gelembung ekonomi.
Strategi investasi George Soros terbukti sukses meraup keuntungan, dari modal pertama $4 juta menjadi $12 juta, yang kemudian lembaga investasi ini berubah nama menjadi Soros Fund, kemudian berubah lagi menjadi Quantum Fund.
Hingga pada tahun 2013, Quantum Fund menghasilkan profit sebesar $5.5 milyar, pencapaian tersebut menjadikan Quantum Fund sebegai lembaga investasi hedge funds tersukses di dunia.
Kesuksesan gemilang George Soros tidak lepas dari sorotan negatif para pengawas pasar, George Soros dicurigai memiliki agenda pribadi untuk menjatuhkan nilai mata uang suatu negara, terutama oleh perdana menteri Mahathir Mohamad (1997), yang menuduh George Soros sengaja menjatuhkan nilai mata uang beberapa negara ASEAN sebagai bagian dari agenda konspirasi.