Saran jika menggunakan Indikator RSI dalam Trading

11/04/2024

RSI adalah singkatan dari Relative Strength Index, sebuah indikator trading yang diciptakan oleh John Welles Wilder pada tahun 1978.

Sederhananya, fungsi indikator ini adalah untuk membantu trader menentukan kapan waktu entry yang tepat berdasarkan level overbought dan oversold, dan dalam penggunaannya tidak asal membuka posisi trading ketika pergerakan indikator telah mencapai level tertentu, perlu menyesuaikan timeframe dan mengukur kemampuan indikator dalam kondisi trend tertentu.

Sesuaikan TimeFrame

Secara default indikator ini akan menggunakan parameter periode 14, namun periode ini ideal untuk timeframe daily (day trading), kurang ideal untuk timeframe rendah seperti misalnya strategi scalping.

Menurut Welles Wilder, semakin kecil periode waktu yang digunakan maka akan semakin sensitif level yang akan ditunjukkan oleh indikator, sedangkan sebaliknya akan semakin kurang sensitif jika periode waktu terlalu besar, sehingga tentu ini akan menyulitkan proses identifikasi, maka dari itu penggunaan indikator RSI sangat perlu disesuaikan dengan timeframe.

Sebagai contoh jika anda melakukan trading dengan menggunakan timeframe besar (H1 keatas), maka idealnya adalah menggunakan periode 9 hingga 14 ( sesuaikan kembali dengan tingkat kesensitifan yang dihasilkan), sedangkan jika menggunakan timeframe rendah (h1 kebawah) maka idealnya menggunakan periode 5-7.

Dan untuk parameter levelnya tidak harus 30-70 (default), anda bisa menyesuaikan dengan kapan atau level berapa yang merupakan sinyal untuk anda memutuskan membuka posisi trading, misalnya dengan menggunakan parameter 20-80 atau 10-90.

Abaikan jika Trend sedang Kuat

Pada pergerakan harga dengan trend kuat pada jangka waktu panjang, entah uptrend ataupun downtrend, metode entry dengan mengandalkan overbought dan oversold pada indikator RSI bisa menjadi kurang ideal, karena indikator ini dibuat dengan membandingkan jumlah perubahan harga yang lebih tinggi dengan perubahan harga yang lebih rendah dalam periode tertentu.

Jika setelah periode waktu tersebut pergerakan harga tidak berubah (pada trend yang kuat), maka indikator akan tetap menunjukkan overbought ketika kondisi uptrend, atau sebaliknya menunjukkan oversold ketika sedang downtrend.

Solusinya adalah menggunakan bantuan indikator trend sebagai konfirmator seperti misalnya indikator MACD atau ADX.