National Bureau of Economic Research (NBER), sebuah organisasi penelitian nirlaba swasta Amerika, mendefinisikan resesi sebagai periode jatuhnya aktivitas ekonomi, tersebar di seluruh ekonomi dan berlangsung selama lebih dari beberapa bulan.
Secara umum, ekonomi akan menurun secara signifikan, setidaknya selama 6 bulan, dan penurunan tersebut biasanya menyerang 5 indikator ekonomi, yaitu PDB riil, pendapatan, pekerjaan, manufaktur, dan penjualan ritel.
Resesi juga sering didefinisikan ketika tingkat pertumbuhan PDB negatif untuk 2 kuartal berturut-turut atau lebih, namun resesi bisa saja terjadi sebelum laporan PDB triwulanan keluar.
Indikator yang paling penting dalam penentuan atau menyimpulkan resesi adalah PDB riil, ketika tingkat pertumbuhan PDB riil berubah negatif, itu bisa menjadi tanda resesi, namun terkadang pertumbuhan negatif akan berubah positif pada kuartal berikutnya, jadi cukup sulit untuk mengatakan apakah suatu negara sedang berada dalam resesi berdasarkan PDB saja, maka dari itu diperlukan beberapa indikator lainnya sebagai konfirmator untuk bisa menyimpulkan terjadinya resesi.
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak bisa dikendalikan, maka dari itu ada saatnya perekonomian suatu negara memasuki masa resesi.
Dampak Resesi
Resesi dapat mengakibatkan ledakan pengangguran yang sangat luas, bahkan terkadang bisa mencapai 10%, ketika tingkat pengangguran meningkat, maka daya beli akan runtuh dan banyak bisnis tumbang.
Resesi ekonomi akan menimbulkan efek domino pada masing-masing kegiatan ekonomi, ketika investasi mengalami penurunan, maka tingkat produksi atas produk atau komoditas juga akan menurun.
Terjadinya resesi ekonomi sering kali diindikasikan dengan menurunnya harga-harga yang disebut dengan deflasi, atau sebaliknya inflasi yang dimana meningkatnya harga-harga secara signifikan.
Jika tidak segera diatasi, resesi akan berlangsung dalam jangka waktu panjang hingga menjadi depresi ekonomi yang bisa berakibat pada kebangkrutan, jika ekonomi suatu negara sudah sampai pada tahap ini, maka pemulihan ekonomi akan lebih sulit dilakukan.
Dalam sejarah perekonomian dunia, tidak sedikit negara yang pernah mengalami resesi, krisis ekonomi yang menghantam negara-negara Uni Eropa pada tahun 2008-2009 mengakibatkan setidaknya 17 negara di kawasan tersebut memasuki masa resesi, beberapa di antaranya adalah Yunani, Perancis, Portugal, Republik Siprus, Spanyol, Irlandia, dan Italia.
Tahun 2010, kelesuan ekonomi juga melanda negara Thailand, negara yang dikenal dengan julukan negeri Gajah Putih ini mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi negatif selama 2 kuartal berturut-turut, hal ini disebabkan oleh produk domestik bruto negara tersebut yang terus merosot.
Resesi tidak hanya menghantam negara-negara berkembang, resesi ekonomi juga pernah dialami oleh Rusia yang dikenal sebagai negara super power tandingan Amerika Serikat.
Resesi sepanjang tahun 2015 di Rusia dipicu oleh pencapaian produk domestik bruto yang rendah sebab pasar modal dunia menolak perusahaan-perusahaan dari Rusia yang akibatnya tingkat inflasi tinggi bahkan berujung negara mengalami defisit anggaran.
Dengan beberapa penjelasan singkat diatas, seharusnya sudah cukup jelas bahwa indikasi resesi ini cukup penting untuk diperhatikan oleh para trader guna memaksimalkan trading plan, karena pengaruhnya yang tentu bisa sangat dashyat dan berkepanjangan terhadap nilai mata uang negara terkait.