Inggris tidak mau kehilangan otoritas dalam mengatur suku bunga, dimana kemungkinan tersebut akan terjadi jika inggris berada di bawah sistem Euro.
Uji Ekonomi Untuk Euro sulit dipenuhi
Disamping otoritas suku bunga, point-point dalam uji ekonomi yang diterapkan juga sulit untuk dipenuhi, ketika Euro pertama kali digagas sebagai mata uang tunggal (single currency) untuk Uni Eropa pada tahun 1990-an.
Perdana menteri Inggris, Tony Blaire, mendeklarasikan bahwa ada 5 Poin uji ekonomi yang harus dipenuhi oleh Inggris sebelum menerima Euro sebagai mata uang resmi di negara mereka.
Uji Ekonomi tersebut merupakan usulan dari Gordon Brown, menteri keuangan Inggris yang menjabat pada saat itu.
5 Uji Ekonomi tersebut adalah :
- Struktur ekonomi dan siklus bisnis harus berjalan harmonis, termasuk suku bunga (Inggris harus bisa bertahan dengan tingkat suku bunga yang sama dengan Zona Euro)
- Sistem yang ada harus memiliki fleksibilitas yang cukup untuk menyelesaikan masalah-masalah ekonomi dan agregat di kedua wilayah.
- Mengadopsi Euro berarti harus menciptakan kondisi yang kondusif bagi perusahaan-perusahaan dan investasi individu di Inggris.
- Euro akan tetap memungkinkan industri jasa keuangan untuk tetap dalam posisi yang kompetitif secara internasional.
- Mengadopsi Euro berarti harus bisa mengangkat pertumbuhan, stabilitas, dan lapangan kerja dalam jangka panjang.
Kelima poin inilah yang membuat Pemerintah Inggris harus berpikir panjang untuk bergabung dengan Euro, sejumlah pihak bahkan berspekulasi bahwa 5 poin yang dicantumkan dalam uji ekonomi tersebut memang sengaja dirancang agar sulit dipenuhi, sehingga Inggris selamanya tidak akan bisa bergabung dengan Euro.
Konvergensi Euro yang memberatkan
Pemerintah Inggris juga keberatan untuk memenuhi kriteria konvergensi Euro yang diwajibkan sebelum mengadopsi Euro sebagai mata uang Inggris, karena salah satu syaratnya adalah Pemerintah Inggris harus menjaga rasio debt-to-GDP dalam level tertentu yang berpotensi membatasi kebijakan fiskal Inggris.
Mempermudah Kinerja Investor
Tetap menggunakan Poundsterling (GBP) juga dianggap akan mempermudah kegiatan para investor di Inggris, perusahaan-perusahaan atau investor di Inggris yang biasanya hanya perlu mengubah GBP menjadi Dolar AS dan sebaliknya, akan dipaksa menyesuaikan dengan nilai tukar Euro apabila Inggris juga menggunakan Euro.
Brexit
Tahun 2016, Inggris diramaikan dengan isu Brexit semenjak terpilihnya kembali David Cameron sebagai Perdana Menteri Inggris di tahun 2015, kabar mengenai referendum untuk menentukan apakah Inggris keluar atau tidak dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit) kembali muncul ke permukaan.
Kala itu Wacana ini sangat menuai pro dan kontra dengan selisih suara yang ketat, beberapa investor bahkan akhirnya menunda penanaman dana di Inggris.
Terdapat korelasi tidak langsung antara penggunaan Poundsterling dengan keanggotaan Inggris di Uni Eropa, jika Inggris terus bergabung dengan Uni Eropa, maka besar kemungkinan cepat atau lambat Inggris harus tunduk dengan ketentuan Uni Eropa, termasuk menggunakan mata uang Euro yang memang ditujukan sebagai mata uang tunggal di Uni Eropa, hal ini menjadi salah satu alasan bagi pihak yang pro Brexit.
Pihak yang pro Brexit enggan menggunakan Euro dan mengikuti segala ketentuan Uni Eropa yang dianggap tidak sesuai bagi Inggris, terlepas dari berbagai konsekuensinya.